5 Fakta Mengejutkan tentang Kecelakaan Jalan Raya

Apakah penggunaan ponsel saat mengemudi merupakan penyebab terbesar kecelakaan di jalan raya? Atau apakah kecelakaan jalan raya lebih disebabkan oleh perilaku mengemudi?
Penelitian baru-baru ini mengungkap beberapa faktor mengejutkan mengenai kecelakaan di jalan raya secara global. Setiap orang berpikir bahwa mereka adalah pengemudi yang baik, tetapi kenyataan menyedihkannya adalah kecelakaan mobil tetap terjadi tidak peduli seberapa terampil Anda mengemudi. Jadi, apakah penyebab kecelakaan mobil?
Berikut beberapa fakta menarik dan mengejutkan tentang kecelakaan jalan raya.
1) Orang-orang yang mengalami obesitas lebih mungkin meninggal dalam kecelakaan mobil
Anda berpikir untuk mulai melakukan rutinitas kebugaran untuk menurunkan berat badan? Berikut adalah alasan yang masuk akal untuk mulai sesegera mungkin.
Penelitian menemukan bahwa pengemudi yang terlalu gemuk 78% lebih mungkin tewas dalam kecelakaan mobil dibandingkan dengan pengemudi dengan berat badan normal. Menurut Safe Transportation and Research Education Center (SafeTREC), University of California Berkeley, obesitas dapat menjadi faktor dalam kecelakaan kendaraan bermotor yang fatal.
Melalui penelitian yang dilakukan, peneliti menemukan bahwa orang-orang yang memiliki tingkat obesitas I (BMI 30.0 hingga 34.9) menurut klasifikasi World Health Organization 21% lebih mungkin tewas dibandingkan dengan pengemudi dengan berat badan normal.
Lima puluh satu persen dari mereka yang berada di tingkat obesitas II (BMI 35 hingga 39.9) lebih mungkin tewas, dan mereka ada pada tingkat tertinggi yaitu obesitas III (BMI 40.0 atau lebih) 80% lebih mungkin tewas dibandingkan dengan pengemudi dengan berat badan normal.
Apa yang dapat menjelaskan meningkatnya risiko ini?
Para peneliti tersebut yakin bahwa bagian bawah tubuh pengemudi yang mengalami obesitas terdorong maju lebih jauh saat terjadinya tabrakan sebelum sabuk pengaman mencapai bagian pelvis karena adanya jaringan-jaringan lembut ekstra, sedangkan bagian atas tubuh tetap terikat oleh sabuk pengaman tersebut.
Hal ini menyebabkan tubuh pengemudi tidak dapat bergerak maju, yang dapat menyebabkan luka yang fatal, menurut para peneliti tersebut.
“Hal ini menambah satu faktor lagi ke dalam daftar panjang konsekuensi negatif obesitas,” jelas penulis utama, Thomas M.
Rice, seorang ahli epidemiologi di Transportation Research and Education Center, University of California, Berkeley, mengatakan pada New York Times “Ini jelas merupakan satu alasan lagi untuk menurunkan berat badan.”
2) Ponsel mungkin tidak menyebabkan peningkatan jumlah kecelakaan mobil
Berbicara di telepon seluler saat mengemudi adalah ilegal dan diyakini berbahaya dan dapat mengarah pada kecelakaan mobil. Meskipun demikian, penelitian yang dilakukan oleh Carnegie Mellon University (CMU) dan London School of Economics and Political Science menyiratkan bahwa berbicara melalui ponsel saat mengemudi tidak meningkatkan risiko tabrakan.
Penelitian tersebut menganalisis data dari penyedia layanan ponsel utama serta data laporan kecelakaan dan menemukan bahwa penggunaan ponsel tidak secara otomatis meningkatkan risiko kecelakaan tunggal.
Apakah alasan di balik penemuan yang kontradiktif ini?
Menurut Saurabh Bhargava, asisten profesor ilmu sosial dan keputusan di Dietrich College of Humanities and Social Sciences CMU, pengemudi dapat menebus distraksi karena penggunaan ponsel dengan memutuskan secara selektif kapan ia akan menelepon atau secara sadar mengemudi dengan lebih hati-hati saat melakukan panggilan telepon.
Meskipun demikian, penggunaan ponsel masih merupakan pengalih perhatian utama saat mengemudi dan dapat mengarah pada terjadinya kecelakaan jalan raya.
Di Swiss, Swiss Council for Accident Prevention menyatakan bahwa kurangnya perhatian terhadap jalan oleh pengemudi adalah penyebab tunggal terbesar kecelakaan jalan raya yang serius. Pengendara bermotor umumnya teralihkan perhatiannya oleh ponsel, pejalan kaki, papan iklan dan rambu-rambu jalan yang terlalu banyak.
Menyimpan ponsel Anda saat mengemudi adalah hal terbaik dan legal untuk dilakukan, agar tidak membahayakan hidup Anda dan hidup orang lain saat berada di jalan.
3) Fitur-fitur keamanan dalam mobil mungkin tidak mengurangi risiko kecelakaan
Anda baru saja membeli mobil baru dengan rem ABS dan kantong udara di setiap kursi? Fitur-fitur keamanan ini mungkin tidak akan mengurangi risiko kecelakaan jalan raya.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Dr. Fred Mannering dari Purdue University mengenai kecelakaan jalan raya antara tahun 1992 dan 1997, ditemukan bahwa tidak ada penurunan signifikan dalam jumlah kecelakaan bahkan setelah menggunakan fitur-fitur kemanan yang tampaknya efektif ini.
“Orang-orang memiliki penerimaan tertentu terhadap tingkat keamanan. Jika mereka merasa aman karena adanya kantong udara dan rem, maka mereka dapat mengemudi dengan lebih cepat atau mengganti saluran radio lebih sering karena merasa telah aman,” kata Mannering pada New York Times.
Pengemudi disarankan untuk tetap berhati-hari bahkan setelah fitur-fitur keamanan di atas dipasang di dalam mobil mereka.
4) Pengemudi mobil disalahkan atas sebagian besar kecelakaan motor
Menurut data Korps Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia (Korlantas Polri) sepanjang 2012, terjadi 117.949 kecelakaan di seluruh Indonesia yang melibatkan 178,887 unit kendaraan bermotor, dan 111,015 di antaranya adalah motor atau kendaraan roda dua. Angka kecelakaan ini menewaskan 25,131 pengendara motor di tahun 2012 saja.
Pengemudi mobil selalu menunjuk pada pengendara motor ceroboh yang meliuk-liuk dalam kemacetan karena membahayakan diri sendiri.
Jadi, siapa yang bisa disalahkan saat kendaraan roda-dua dan roda-empat bertabrakan?
Menurut penelitian oleh Florida Department of Transportation akhir-akhir ini, pengendara bermotorlah yang benar. Pengendara mobil dan truk umumnya bersalah, karena seringkali lalai memberi jalan pada kendaraan yang lebih kecil.
Sangat bermanfaat di kemudian hari untuk ekstra waspada dan hati-hati, khususnya jika jalur khusus pengendara motor tidak tersedia di jalan raya.
5) Wanita lebih pemarah tetapi lebih jarang mengalami kecelakaan dibandingkan pria
Wanita dianggap lebih pemarah dibandingkan dengan pria di balik kemudi, berdasarkan studi yang dilakukan oleh Malaysian Institute of Road Safety Research (MIROS).
Meskipun demikian, dengan tingkat kemarahan yang lebih tinggi tersebut, pengemudi wanita lebih jarang mengalami tabrakan dan kecelakaan di jalan.
Karen Goonting, peneliti dan psikolog MIROS mengatakan bahwa meskipun wanita cenderung lebih pemarah, pengemudi wanita lebih jarang terlibat dalam kecelakaan karena mereka cenderung menyimpan kemarahan mereka.
“Pria lebih mungkin marah meledak-ledak dan mungkin mengekspresikan kemarahan secara fisik, berlawanan dengan wanita. Hal ini juga bisa disebabkan oleh faktor budaya. Umumnya tidak dapat diterima bagi wanita Asia untuk bersikap agresif secara gamblang,” katanya pada The Star.
Penemuan di atas mungkin mengejutkan tetapi benar-benar dapat membantu pengemudi untuk lebih waspada dan menghindari tingkah laku berisiko tinggi saat berada di jalan.
Untuk dapat melindungi diri dan kendaraan Anda dengan lebih baik jika terjadi kecelakaan, pilihlah asuransi mobil komprehensif terbaik.
Komentar