Apakah Indonesia Siap Menghadapi Kenaikan Harga BBM?
Tingginya tingkat utang negara mendesak pemerintah untuk mencabut subsidi bahan bakar minyak (BBM). Pada tahun 2014 ini saja, subsidi pemerintah untuk BBM sekitar Rp 285 triliun. Rencananya, pemerintahan baru Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla akan mencabut subsidi BBM, atau dengan kata lain kenaikan harga BBM bersubsidi pada bulan November ini.
Walaupun masih sebatas isu, tapi hal tersebut sudah menimbulkan banyak polemik. Banyak kalangan yang menolak rencana kenaikan BBM ini, tapi ada juga yang setuju dengan kenaikan BBM ini. Di beberapa tempat bahkan sudah terlihat antrean di SPBU untuk mengantisipasi kenaikan BBM. Sebenarnya, sudah siapkah masyarakat Indonesia menghadapi kenaikan BBM ini?
Sejarah Kenaikan Harga BBM
Sebenarnya, kenaikan BBM adalah hal yang wajar dilakukan, bahkan hampir di seluruh negara melakukan hal tersebut. Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), hingga saat ini Indonesia sudah 36 kali menaikkan harga BBM sejak zaman Presiden Soekarno berkuasa hingga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) lengser. Artinya, jika Presiden Joko Widodo jadi menaikkan harga BBM, ini adalah yang ke-37 kalinya.
Sebagai rinciannya, pada masa Presiden Soekarno terjadi 12 kali kenaikan BBM, pada masa Presiden Soeharto terjadi 18 kali kenaikan BBM, pada masa Presiden Abdurahman Wahid 1 kali kenaikan BBM, pada masa Presiden Megawati Soekarnoputri 2 kali kenaikan BBM, dan pada masa Presiden SBY 4 kali kenaikan BBM. Dengan kata lain, kenaikan harga BBM adalah sesuatu yang wajar dilakukan oleh para presiden terdahulu Indonesia. Berikut ini adalah sekilas daftar kenaikan BBM yang pernah terjadi.
Tahun |
Harga Premium |
Harga Solar |
Pemerintahan |
1980 |
Rp150 |
Rp52,50 |
Soeharto |
1991 |
Rp550 |
Rp300 |
Soeharto |
1993 |
Rp700 |
Rp380 |
Soeharto |
1998 |
Rp1.200 |
Rp600 |
Soeharto |
2001 |
Rp1.450 |
Rp900 |
Abd. Wahid |
2002 |
Rp1.550 |
Rp1.150 |
Megawati |
2003 |
Rp1.810 |
Rp1.890 |
Megawati |
Mar-05 |
Rp2.400 |
Rp2.100 |
SBY |
Okt-05 |
Rp4.500 |
Rp4.300 |
SBY |
2008 |
Rp6.000 |
Rp5.500 |
SBY |
2013 |
Rp6.500 |
Rp6.500 |
SBY |
Tabel kenaikan harga BBM sejak tahun 1980
Akan tetapi, ternyata harga BBM bersubsidi tidak hanya pernah mengalami kenaikan, tapi juga pernah mengalami penurunan harga BBM—yang tentu saja disambut gembira oleh seluruh lapisan masyarakat. Menurut data Kementerian ESDM, hingga kini tercatat pernah terjadi enam kali penurunan harga BBM bersubsidi, yakni:
Tahun |
Premium |
Solar |
1986 |
− |
Turun 17,40% |
1998 |
Turun 16,70% |
Turun 8,30% |
2013 |
− |
Turun Rp240 |
2008 |
Turun Rp500 |
− |
2009 |
Turun Rp500 |
− |
2009 |
Turun Rp500 |
− |
Tabel penurunan harga BBM
Dampak Kenaikan BBM
Di Indonesia sendiri ada banyak jenis bahan bakar minyak, dan yang akan terkena kenaikan harga adalah bahan bakar premium, yang notabene paling banyak digunakan oleh kendaraan bermotor. Akan tetapi, menurut pemerintah, ternyata penyaluran BBM bersubsidi tidak tepat sasaran. Sekitar 75% BBM bersubsidi digunakan oleh kalangan yang tidak sepantasnya menerima subsidi, dan hanya 25% BBM bersubsidi yang diterima oleh masyarakat bawah. Karena itu, beberapa kalangan menganggap bahwa kenaikan harga BBM adalah langkah yang tepat.
Akan tetapi, banyak juga kalangan yang tetap menolak kenaikan BBM subsidi. Beberapa dampak yang diperkirakan timbul akibat adanya kenaikan BBM bersubsidi antara lain:
• Jika dinaikkan pada bulan November, efek dari kenaikan BBM adalah inflasi bulan November yang bertambah sekitar 1,7% hingga 2%
• Menurut Bank Indonesia, setiap kenaikan BBM Rp1.000, inflasi naik 1,29%. Berarti kalau naik Rp3.000, inflasi tahunan akan naik 3,86%
• Tarif angkutan umum sudah dipastikan naik
• Harga pangan diperkirakan naik 5%
• Naiknya harga BBM bersubsidi juga berimbas pada naiknya tarif dasar listrik
Walaupun dampak-dampak tersebut tak dapat dihindari, tampaknya pemerintah akan tetap menaikkan harga BBM cepat atau lambat. Siap tak siap, masyarakat Indonesia harus menerima kenyataan tersebut. Semoga di balik ditariknya subsidi BBM, sektor lain akan lebih diperbaiki, misalnya sektor pendidikan dan kesehatan, yakni dengan diterbitkannya Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, dan Kartu Keluarga Sejahtera.
Komentar