Dampak Inflasi 2013 terhadap Kenaikan Harga dan Prediksi Tahun 2014
Tingkat inflasi sampai bulan November kemarin dilaporkan BI sudah mencapai 8.37% dan perkiraan terkini angka inflasi untuk tahun 2013 ini akan mencapai 9%. Hal ini akan berdampak langsung khususnya terhadap sektor riil yaitu sektor yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Sebagai pengusaha, minimal Anda akan diminta untuk menaikkan gaji karyawan Anda 10% pada tahun 2014 untuk mengimbangi laju inflasi, sementara bagi karyawan, Anda diminta untuk jeli dalam membuat anggaran bulanan karena tanpa Anda sadari nilai tukar rupiah Anda sudah turun 8.37%, artinya harga barang di pasaran secara umum naik bahkan di atas nilai inflasi.
Sektor industri yang paling terkena dampak langsung inflasi adalah sektor konsumsi dan otomotif. Anda bisa bandingkan harga sembako (sembilan bahan pokok) di pasar di kota Anda antara bulan Januari dan Desember 2013 ini. Rata-rata terjadi kenaikan harga sekitar 15-30 persen. PT Indofood Sukses Makmur, Tbk dan PT Unilever Indonesia, Tbk adalah dua pemain utama di sektor ini yang memproduksi mi instan, kecap, bumbu-bumbuan, sabun, sampo, sabun cuci pakaian dan sebagainya yang merasakan langsung dampak inflasi tersebut khususnya dalam kenaikan harga bahan baku dan sumber energi. Hampir 75 persen bahan baku industri tersebut berasal dari bahan kimia yang diimpor dari luar negeri, padahal saat ini kurs dolar semakin tinggi dan bahkan telah menembus angka di atas Rp12,000 per 1 dolar US. Hal ini mengakibatkan kenaikan biaya operasional perusahaan. Segala efisiensi telah dibuat dan jika belum bisa memenuhi anggaran tahunan, maka jalan terakhir adalah dengan menaikkan harga jual produk di pasaran.
Bagaimana dengan sektor otomotif?
Sektor otomotif khususnya mobil sangat merasakan dampak inflasi dan kenaikan kurs dolar terhadap rupiah ini. Setelah event Indonesia International Motor Show (IIMS) 2013 di Jakarta, beberapa ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merk) seperti Toyota, Daihatsu dan Suzuki langsung mengumumkan kenaikan harga mobil mulai Oktober 2013. Untuk mobil merk Suzuki sendiri, sebagai contoh mobil MPV Ertiga dan Suzuki Carry, terjadi kenaikan harga OTR (on the road) antara Rp1-2 juta di wilayah Jakarta, sehingga untuk harga terbaru mulai Oktober 2013 tipe standar Suzuki Ertiga GA saat ini menjadi Rp149 juta dan pikap Carry 1.5 FD menjadi Rp95,5 juta.
Ada beberapa faktor penyebab kenaikan harga mobil di Indonesia, di antaranya adalah:
- Kondisi harga pasar
- Harga pesaing
- Target penjualan
- Biaya produksi
Faktor kenaikan biaya produksi inilah yang menjadi sebab utama kenaikan harga mobil. Kenaikan biaya produksi sebesar 15-20 persen yang meliputi biaya bahan baku (sebagian besar impor dengan kurs dolar yang semakin tinggi), biaya operasional (kenaikan UMR/UMP, kenaikan biaya sumber energi/listrik), biaya distribusi (transportasi dari pabrik ke lokasi dealer), dan masih ditambah lagi meningkatnya biaya pemasaran membuat kenaikan harga mobil harus dilakukan oleh ATPM agar perusahaan dapat tetap eksis sesuai target.
Perusahaan Pembiayaan
Salah satu pendukung tetap stabilnya penjualan mobil adalah perusahaan pembiayaan. Sistem pembelian mobil secara kredit baik mobil baru maupun bekas membuat kenaikan harga mobil dan inflasi tidak terlalu besar dampaknya bagi calon pembeli. Calon pembeli mobil umumnya tidak terlalu berkonsentrasi terhadap harga dan suku bunga, namun lebih pada masalah penyesuaian angsuran dan uang muka dengan anggaran bulanan mereka.
Solusi Menghadapi Inflasi
Kunci utama menghadapi inflasi adalah bekerja keras dan cerdas. Anda harus cedas memilih produk investasi yang relatif berisiko rendah dan mempunyai tingkat imbal balik di atas inflasi. Berdasarkan pengalaman dan analisis pasar, Anda bisa memilih beberapa produk investasi seperti investasi untuk membeli instrumen reksadana pendapatan tetap dan reksadana campuran, investasi untuk membeli properti, serta melakukan investasi untuk modal usaha yang punya potensi laba optimal.
Prediksi Tahun 2014
Tingkat inflasi pada tahun 2014 diprediksi turun oleh Bank Indonesia dibandingkan tahun 2013, yaitu di kisaran angka 3.5-5.5%. Pada tahun 2013, tingkat inflasi memang relatif tinggi mengingat ada kenaikan harga BBM . Namun demikian, jika dilihat tren inflasi sampai dengan bulan November 2013 bisa dipertahankan, maka diharapkan sampai dengan akhir tahun ini tingkat inflasi bisa ditekan maksimum di angka 9%. Dengan prediksi tersebut, Anda sebagai pelaku usaha maupun sebagai konsumen diharapkan bisa membuat perencanaan keuangan yang tepat. Satu hal yang perlu Anda ingat bahwa tahun 2014 adalah tahun pemilu yang bisa saja membuat prediksi ini berbeda dengan kenyataan di lapangan. Apapun kondisinya, Anda harus siap menghadapinya.
Dapatkan informasi dampak inflasi 2014 terhadap pasar perumahan di Indonesia di AturDuit.
Komentar