Exclusive Interview With Dimas Aditya : Memulai Reksadana
Dimas Aditya lahir di Jakarta, 7 September 1984. Dia memulai karir dalam film ‘Kawin Kontrak’. Sekarang Anda semua pasti sering melihatnya di salah satu sitcom yang tayang di NET. TV, dalam judul ‘Saya Terima Nikahnya ‘. Berakting bersama aktor senior Ray Sahetapy dan Nungki sebagai mertuanya, Dimas berperan sebagai menantu yang penurut dengan istrinya yang diperankan oleh Tika Bravani. Dimas pernah menggeluti dunia MLM semasa kuliahnya. Tetapi pada akhirnya, dia berkeinginan sekali untuk bisa memulai reksadana. Bagaimana cerita lengkapnya? Berikut wawancara exclusive tim AturDuit.com bersama Dimas Aditya.
Bagaimana awal mula terjun ke dunia akting?
Tahun 2007, memang ingin menggeluti teater, lalu ambil kursus bersama almarhum mas Didi Petet dan tim. Setelah kursus selesai kurang lebih selama 3 bulan, beberapa lulusan terbaiknya dikirim untuk melakukan casting. Saya pun mendapatkan film pertama saya di tahun 2008, itu adalah Kawin Kontrak, dan termasuk kategori box office. Film itu mampu mendapatkan 1.3 juta penonton, kebetulan saya merupakan pemeran utama. Karena film itu juga, terbukalah kesempatan saya untuk lebih mendalami dunia entertainment.
Jadi, itu memang cita-cita sendiri?
Iya, bisa dibilang begitu, karena pada awalnya saya ambil kuliah di UI jurusan Public Relations (FISIP) dan itu adalah suatu keterpaksaan sebenarnya saya kuliah di situ, karena memang keluarga saya basicnya dari UI. Kemudian waktu itu saya masih ingin mencoba menggeluti MLM pada awalnya, karena lagi menjamur sekali pada waktu itu. Saya juga tidak ingin pekerjaan yang konstan, karena saya tahu konsekuensinya pasti akan bosan. Saya pun lulus kuliah karena paksaan orang tua, tetapi setelahnya saya tidak melanjutkan kerja di bidang tersebut.
Dari semua film layar lebar yang pernah Anda geluti, mana yang paling berkesan?
Di film pertama, kesan buruk yang terjadi adalah crew dan tim produksi bertindak keras terhadap anak-anak baru termasuk saya, tetapi itu menjadikan saya belajar, karena untuk menggeluti suatu bidang kita harus lebih mematangkan dulu, mungkin ada suatu proses yang harus dilewati. Kemudian setelah itu, saya memiliki mental yang semakin kuat, karena ditanamkan sifat untuk selalu belajar dalam setiap waktunya, sampai sekarang pun saya masih tetap belajar. Terakhir saya terlibat dalam sebuah produksi besar, dalam film ‘Sang Kyai’, di film ini saya memiliki pemikiran bahwa setiap pemain adalah sama.
Kalau untuk sitcom ‘Saya Terima Nikahnya’, bagaimana awal mulanya bisa sampai bermain di sitcom tersebut?
Saya termasuk orang yang beruntung, begitu saya ditelepon sama tim NET., saya sedang melakukan persiapan film yang akan diproduksi. Saya sempat menanyakan konteks film tersebut seperti apa, lalu tim NET. menjawab, modelnya seperti ‘Tetangga Masa Gitu’, tayang setiap Senin-Jumat. Tetapi karena sebelumnya saya pernah mengerjakan stripping di SCTV dan saya sedikit kapok. Tim dari NET. meyakinkan saya bahwa, ini konsepnya baru dengan pemain baru pula, seperti Tika Bravani, Nungky. Karakter yang saya perankan dalam sitcom ini adalah menjadi suami. Ini menjadi tantangan baru lagi, hubungan menantu dan mertua, ini akan menjadi pendewasaan karakter yang saya perankan.
Setelah lebih dari 7 tahun menjadi aktor, perubahan apa yang Dimas rasakan?
Awalnya sih, saat produksi film ‘Kawin Kontrak’, kita pergi ke Cirebon ramai-ramai. Selama 40 hari syuting. Cuma ada 1 orang yang meminta foto bersama saya, mereka tidak tahu kalau saya termasuk pemeran utama di film tersebut. dalam hati saya ‘Waduh ini orang, benar-benar yaaa’, kelakar Dimas. Mereka minta foto bersama Ricky Harun, Masayu, saya ingin merasakan hal seperti itu. Tetapi, setelah lama menggeluti dunia entertainment, justru hal tersebut mulai mengganggu saya. Saya merasa nyaman saat berada di frame, memainkan sebuah karakter, tetapi saya tidak menikmati hal di luar itu.
Berarti Dimas kurang suka bersosialisasi ya? Jika dengan keluarga, bagaimana?
Kalau sama keluarga, mereka justru menekan saya. Ketika saya pulang kampung, mama dan papa sudah menyiapkan dan memberi tahu kepada tetangga bahwa saya akan pulang. Akhirnya semua mengantre. Sebenarnya itu mengganggu saya, Cuma kembali lagi, orang tua saya selalu mengingatkan untuk tidak menjadi sombong, karena kita besar dari mereka. Memang betul, tetapi jiwa yang ada pada diri saya adalah jiwa untuk berkarya bukan untuk dipublish.
Di waktu luang, biasanya Anda melakukan apa?
Saya paling simpel, saya baru saja membantu untuk bikin produk baru yaitu, sambal roa. Kita memproduksi, tapi masih mencari celah. Sedang menjajaki untuk investasi ke arah sana, ada sambal roa, ayam rica-rica dan kemarin sempat buka stand di BSD dan lumayan untungnya. Jadi saya mulai belajar berbisnis, tapi baru memulainya, ternyata menyenangkan kalau misalnya laku.
Berarti produk tersebut dipasarkannya ke mana?
Karena saya tidak punya instagram, jadi saya pakai instagram kekasih saya. Sebenarnya, produknya berasal dari dia, lalu saya memberi support dari belakang seperti masukan untuk pembuatan logo. Saya berbagi ilmu, untuk memasarkan produk jangan tergesa-gesa, harus sabar, kita juga harus melihat segmen pembelinya seperti apa, harganya berapa. Kemarin seru sekali karena laku. Hari pertama kami balik modal, untung hanya sedikit, hari berikutnya kita laris manis.
Itu adalah salah satu investasi yang sudah berjalan, lalu ada rencana apalagi setelah itu atau mungkin sudah ada investasi lain sebelumnya?
Sebenarnya, saya ingin memulai, tapi mungkin sudah agak terlambat. Saya ingin investasi di reksadana, karena saya baru benar-benar mencoba untuk memahaminya. Setahun yang lalu, teman saya bilang ke saya untuk mencoba bermain di reksadana. Lumayan jika sudah mulai menabung, daripada uangnya habis untuk membayar administrasi di bank atau hanya deposito yang bunganya mungkin tidak seberapa. Lebih baik disisihkan untuk reksadana.
Bagaimana tanggapan Anda tentang kartu kredit?
Sampai sekarang saya tidak pernah mau menggunakan kartu kredit. Jadi kalau ada kartu kredit, pasti pacar saya yang pakai kartu kredit. Nanti kalau membeli sesuatu, saya yang akan bayar ke dia, jadi yang memakai kartu kredit adalah dia. Saya memang pergerakannya sedikit lambat dalam berbisnis karena terlalu berhati-hati. Saya takut untuk mengambil risiko, sekaranglah saya mulai belajar. Kalau pun harus mengambil risiko, berarti ada beberapa dana cadangan untuk itu dan sisanya adalah dana simpanan lainnya yang tidak digunakan, yang artinya, jika terjadi sesuatu, dana itu bisa saya gunakan.
Dimas lebih ke tipe saver menurut daripada spender?
‘Spender sih sebenarnya tapi hanya kadang-kadang saja, karena untuk beberapa hal mungkin orang bilang hanya perempuan saja yang belanja jika galau atau sedih, itu salah. Laki-laki juga ada, saya contohnya’, canda Dimas. Tiba-tiba kemarin pun jadi spender, dan pacar saya jadi saver. Jadi untuk barang-barang tertentu yang sesuai hobi saya itu akan beli, bukan cuma satu tapi lebih, contohnya sepatu, jam dan hal-hal lain seperti celana. Saya bisa beli celana model sama dengan warna yang berbeda tapi ada 4 atau 5. Biar bisa matching saja, padahal tidak semuanya terpakai.
Setelah kita berbincang tadi mengenai finansial, yang saya tangkap, berarti Dimas itu mementingkan investasi ya?
Menurut aku investasi memang penting.
Dikaitkan dengan masalah tabungan tadi, sudah ada tabungan di beberapa bank atau hanya satu bank saja?
Nah, ini salah saya. Kalau mau menabung di bank sebaiknya lebih dari satu bank tapi jangan terlalu banyak. Cukup dua bank, tapi saya punya tiga, tadinya saya mau menambah jadi empat. Ternyata salah, jadi setidaknya memilih dua bank saja. Satu untuk dana konsumtif, satu lagi untuk menabung. Kalau memang akan menambah satu lagi, itu dipakai untuk reksadana jika ada penawaran yang bagus. Saya membuka rekening tidak dengan pertimbangan, apa yang bisa ditawarkan bank untuk kita, fasilitasnya apa saja. Sebaiknya jika saya mau mencari satu bank lagi, bank tersebut harus mempunyai penawaran terhadap reksadana yang lebih ok.
Untuk reksadana, apa sudah benar-benar dicari tahu informasinya, mungkin untung ruginya seperti jika bermain saham?
Saya selalu berpikir seperti ini, kita bermain saham ada yang namanya panicking. Setiap kali ada saham yang jatuh, itu adalah sesuatu yang wajar, karena setiap waktu akan selalu seperti itu. Jika kita tidak terlalu panik akan itu dan memang itu saham yang berkualitas dan sejarahnya bagus, itu tidak masalah. Teman saya bercerita kepada saya, sekarang sudah berhasil menghidupi kehidupannya dari reksadana, walaupun dia berasal dari keluarga yang notabene mampu. Dia bisa menabung untuk DP rumah, dan semua bisa dari reksadana dan berkembang. Sehingga, saya ingin belajar dari dia, tetapi karena jarang berkomunikasi, saya lebih sering baca buku atau lihat internet.
Bisa kasih sedikit tips untuk para pembaca mengenai reksadana atau investasi-investasi yang akan Dimas lakukan bagaimana ke depannya?
Tips saya adalah, jika kita mendapat penghasilan, yang pertama kita lakukan adalah menyisihkannya. Menyisihkan sekitar 60%-40% kalau kita spender atau 70%-30% jika bukan spender, bukan berarti termasuk saver. Nah, 30% ini kita kelola lagi supaya berkembang. Bisa kita bagi menjadi 10% untuk deposit, kemudian 15% untuk reksadana dan 5% kita tabung untuk membeli emas. Saya selalu seperti itu, karena reksadana ini seperti dana simpanan, kita tidak bisa tiba-tiba mengutak-atiknya. Kalau emas, jika terjadi apa-apa dan kita membutuhkan dana yang sedikit lebih besar, asal bisa menyimpannya dengan benar, kita bisa menjualnya dengan mudah. Sekarang lagi ada fenomena batu akik, sebenarnya saya terganggu. Jika untuk investasi, menurut saya itu salah. Kalau untuk batu akik yang harganya tinggi, kenapa tidak dibelikan emas saja? Karena emas mudah dijual, ada nilainya di bank. Daripada batu akik yang notabene kolektor atau pegadaian saja yang mau menerimanya. Jika emas bisa dihitung per gramnya, kalau batu akik diperoleh harga dari tawar menawar. No pain no gain. Sekarang harus sedikit kencang kan ikat pinggang, terlebih lagi perekonomian lagi sulit dan harga sembako naik. Jadi kita harus bersiap.
Untuk tempat tinggal, apakah sudah mempunyai rumah pribadi?
Sebenarnya saya nomaden. Dulu saya sempat tinggal di rumah tetapi karena jam pulang yang tidak beraturan, jarak yang tidak efektif serta jika pulang malam selalu mengganggu penjaga rumah untuk dibukakan pintu. Saya harus mempunyai tempat yang bisa mobile, sehingga saya pilih nge-kost.
Investasi apa yang membuat Dimas tertarik?
Saya tertarik jika ada orang yang investasi properti. Kemarin saya sempat mencoba mengarah ke sana sebelum akhirnya terjun ke bisnis kecil-kecilan ini. Ingin buka car properti tapi belum pas. Kalau pun saya mulai, nanti saya pasti akan memulai dari tanah bangunan, karena menurut pengamatan saya kalau kita memilih bangunan maka kita harus bayar pajak bangunan, jika kita jadikan kontrakan atau dipakai pribadi, nanti bangunannya rusak, berarti kita keluar biaya lagi untuk merenovasi rumah. Jadi, paling aman dalam bisnis properti dan jika belum terlalu siap mungkin kita harus bermain di apartemen dan tanah, karena orang yang cenderung tinggal di apartemen adalah orang yang kerja dan mobile, jadi di apartemen hanya untuk beristirahat. Orang-orang seperti itu biasanya hanya memiliki apartemen dengan tipe yang tidak terlalu besar.
Kalau untuk rumah pribadi Dimas sendiri, apakah sudah mulai membangun atau menabung?
Untuk rumah pribadi, saya sedang mencoba membangun di pedesaan. Saya tidak kuat sama Jakarta.
Bagaimana cara mengelola keuangan? Untuk investasi, pengeluaran sehari-hari, diatur oleh orang lain atau Dimas sendiri yang mengatur?
Saya sendiri yang mengatur cashflownya, dibantu dengan kaka’ saya, khususnya untuk kebutuhan di luar kebutuhan saya, semisal kebutuhan orang tua dan kebutuhan pribadi adik saya yang masih kuliah.
Mungkin Dimas mau dibantu untuk promo film atau kegiatan terbarunya?
Saya baru mau syuting untuk film tentang GusDur yang penuh solidaritas, bertoleransi terhadap etnis Tionghoa. Saya hanya ingin mengerjakan satu atau dua film. Saya ingin mencurahkan kepuasan saya di film-film tersebut, saya tidak ingin menjadikan film sebagai ajang mencari uang. Untuk mencari uang lebih nyaman di tv, untuk film memang passion saya yang bekerja.
Dimas kan sudah bermain di berbagai film, FTV, bahkan sitcom sekarang, lebih menguntungkan mana secara finansial di antara ketiga kategori tersebut?
Justru karena saya pernah syuting untuk iklan juga, dari sisi finansial, iklanlah yang lebih menguntungkan, karena kita menjual produk dan kita mewakili produk itu. Tapi passion saya bukan di situ. Walaupun untuk sekali syuting saja, bisa menyentuh kepala tiga.
Komentar