Perkiraan Dampak Inflasi 2014 Bagi Industri Perumahan
Inflasi dapat berdampak baik juga buruk. Dampak buruk yang sangat dirasakan adalah naiknya harga di berbagai sektor industri dan komoditi yang berakibat turunnya daya beli masyarakat. Dampak baiknya, inflasi justru dapat mendorong minat masyarakat untuk membangun usaha kecil dan menengah. Pada bulan Agustus 2013, harga bahan pangan meningkat menjelang hari raya lebaran, sedangkan sektor properti malah lesu. Angka permintaan perumahan, sewa apartemen dan ruko menurun. Meningkatnya harga berbagai bahan bangunan dan BBM mengakibatkan biaya perumahan juga ikut meningkat. Jika pada tahun 2013 permintaan untuk prumahan di Indonesia menurun, bagaimana proyeksi untuk tahun 2014?
Perkiraan Inflasi 2014 dalam Sektor Perumahan
Dalam beberapa situs berita nasional, Bank Indonesia (BI) yakin bahwa inflasi di Indonesia akan menurun menjadi 4-7 persen, setelah diketahui inflasi pasca kenaikan BBM 2013 yaitu 9 persen. Kalau kita berangkat dari perkiraan BI, maka sektor perumahan di Indonesia dapat optimis. Masyarakat yang hendak membangun atau membeli rumah pun dapat mengambil langkah cepat di tahun 2014.
Laju inflasi yang diperkirakan stabil di tahun depan ini juga mengindikasikan harga-harga bahan bangunan yang juga akan stabil. Selain itu, tigkat inflasi untuk listrik, gas dan air bersih diperkirakan akan sama stabilnya. Bahkan dengan menurunnya inflasi di Indonesia, diharapkan volume produksi dapat meningkat di tahun 2014.
Perkiraan mengenai stabilnya inflasi di Indonesia ini tentunya harus dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang membaik. Dengan kondisi ekonomi yang membaik, daya beli masyarakat pun akan meningkat. Perkiraan menurunnya inflasi ini merupakan bagian dari optimisme BI dalam menjalankan fungsi moneternya, namun pertumbuhan ekonomi tidak bisa hanya digantungkan pada kebijakan pemerintah saja. Bertambahnya lapangan kerja dengan mendorong kewirausahaan yang dijalankan masyarakat tentunya akan membantu kondisi perekonomian nasional yang lebih baik.
Kondisi Sektor Properti Rumah Tinggal Tahun 2014
Dengan meningkatnya angka pertumbuhan penduduk, ditambah lagi migrasi antar daerah, bahkan datangnya orang asing ke Indonesia, tentunya permintaan akan tempat tinggal akan meningkat. Kalaupun stabilnya angka inflasi di Indonesia pada tahun 2014 belum mampu mendongkrak daya beli masyarakat akan rumah baru secara drastis, sektor properti masih menjanjikan untuk sewa rumah atau apartemen. Hal ini berarti pembangunan properti seperti rumah sewa atau apartemen akan terus meningkat di tahun 2014.
Selain pertumbuhan penduduk, keputusan BI untuk mengambil langkah moneter yang ketat juga mempengaruhi daya beli masyarakat di sektor perumahan. Kebijakan ketat mengenai suku bunga bank misalnya, hal ini dilakukan untuk mencegah kredit macet. Di sisi lain, kebijakan tersebut membuat masyarakat lebih berhati-hati dalam mengajukan kredit perumahan ke bank. Meskipun pihak BI yakin dengan perkiraan inflasi yang stabil, dan harga produksi untuk industri perumahan juga stabil, bukan berarti perekonomian Indonesia bisa dikatakan membaik dengan drastis. Oleh karena itu, dirasa perlu untuk membuat kebijakan moneter yang ketat untuk menjaga stabilisasi ekonomi nasional.
Di lain pihak, banyak bank nasional dan swasta yang membantu masyarakat untuk membeli atau membangun rumah. Tentunya masyarakat Indonesia sudah tidak asing dengan program KPR (Kredit Pemilikan Rumah). Sejumlah besar bank bertaraf nasional ini meluncurkan program KPR dengan penawaran kemudahan bagi pembayar kredit. Sehingga walaupun dengan kebijakan moneter yang ketat dari BI, terutama tentang suku bunga bank, masyarakat tetap diberi kesempatan untuk memenuhi kebutuhan perumahannya.
Selain program KPR yang diluncurkan bank-bank besar di Indonesia, promosi dari para pengembang perumahan pun tentunya akan mempengaruhi geliat industri rumah tinggal ini. Baik rumah yang nantinya akan digunakan sebagai rumah sewa, atau rumah pribadi. Bahkan banyak pengembang perumahan yang membuat program cicilan 0 persen untuk membeli rumah baru. Namun, konsumen Indonesia tentunya makin selektif dalam memilih jasa kontraktor atau pengembang perumahan. Hal ini dikarenakan masyarakat menginginkan kualitas yang bagus, dan tentu saja lokasi yang strategis.
Kondisi inflasi ekonomi di sebuah negara memang dipengaruhi oleh berbagai fenomena atau situasi di negara tersebut. Namun dari informasi mengenai perkiraan inflasi yang diutarakan pihak BI, kestabilan kondisi ekonomi ini akan membantu berbagai pihak untuk mendorong daya beli masyarakat. Di sektor perumahan sendiri, walaupun kebijakan mengenai suku bunga bank dan perkreditan lebih diperketat oleh pihak BI, program-program dari berbagai bank dan pengembang perumahan dapat membantu masyarakat, terutama kalangan menengah kebawah, untuk membeli atau membangun rumah. Di samping itu, faktor pendukung utama industri perumahan adalah pertumbuhan penduduk yang meningkat dari tahun ke tahun. Semua faktor pendukung ini menunjukan bahwa kebutuhan akan perumahan di tahun 2014, akan meningkatkan volume produksi untuk sektor propeti ini.
Komentar