“Meja Birokrasi” Picu Harga Mobil Melambung Tinggi

harga mobil melambung

Kendaraan roda empat yang paling umum yaitu mobil sekarang ini sudah menjadi kebutuhan utama bagi hampir seluruh masyarakat di Indonesia, terutama mereka yang tinggal di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Palembang, dan sebagainya. Bagi masyarakat kelas menengah ke atas, menggunakan mobil dalam kesehariannya merupakan hal yang wajar. Hal ini dapat dimaklumi, mengingat tingkat perekonomian Indonesia terus mengalami peningkatan. Peningkatan tingkat ekonomi tidak hanya terjadi secara makro saja, tetapi juga pada warga Indonesia secara individual. Dengan dasar ini, memiliki mobil, bahkan lebih dari satu sudah bukan hal tabu.

Pada 2020, pendapatan per kapita Indonesia diprediksi mencapai USD10.000 hingga USD12.000 atau setara dengan negara Turki dan Korea Selatan, yang akan berdampak pada meningkatnya kesadaran masyarakat dalam mengakses industri keuangan di Indonesia. Bila akses masyarakat terhadap industri keuangan mengalami peningkatan, bukan tidak mungkin dampaknya akan kembali pada pertumbuhan perekonomian yang nantinya berpengaruh pada tingkat individual.

Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sendiri sejak tahun 1945 hingga saat ini terus mengalami peningkatan yang signifikan. Pada periode 1945-1965, PDB Indonesia mencapai Rp23,71 triliun, sedangkan pada periode 1965-2000 sebesar Rp955,75 triliun, dan periode 2000-2004 menjadi Rp2.295,82 triliun. Lebih dari itu, pada periode 2004-2009, PDB ini melesat menjadi Rp5.613,4 triliun, dan dari tahun 2009 hingga saat ini, angka PDB sudah mencapai Rp8.241,86 triliun.

Tidak dipungkiri lagi, tingkat perekonomian di Indonesia telah mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini didukung dengan pertumbuhan ekonomi yang berada di atas angka 6% dalam beberapa tahun belakangan ini. Indonesia bahkan diperkirakan akan menjadi negara dengan tingkat perekonomian yang dapat dikatakan besar di dunia. Sewajarnya, sudah saatnya Indonesia menjadi Macan Asia.

Dengan tingkat perekonomian yang semakin berkembang, kebutuhan masyarakat Indonesia akan mobil semakin meningkat. Daya beli masyarakat Indonesia bahkan terus mengalami penguatan meski tengah terjadi krisis ekonomi di Amerika Serikat (AS) dan kawasan Eropa lainnya. Patut diketahui, krisis yang dialami AS memiliki pengaruh terhadap perekonomian dunia, termasuk Indonesia.

Meski terdapat pengaruh, sangat mengejutkan bahwa magnitudanya tidak terlalu signifikan terhadap daya beli masyarakat Indonesia. Tidak jarang, kemampuan daya beli di sektor otomotif bahkan mengalami peningkatan, hingga tercipta paradigma baru tentang kepemilikan mobil. Mobil bukan lagi merupakan barang kebutuhan, tetapi sudah menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia.

Menurut laporan Bain & Company, sebuah perusahaan konsultan manajemen yang berbasis di AS, dalam studinya bertajuk “2013 Luxury Goods Worldwide Market Study” yang dirilis Oktober lalu, kendati ekonomi Eropa, AS, dan China sedang mengalami guncangan, belanja barang mewah secara global meningkat sekitar 2% pada 2013. Bahkan, AS diyakini akan jadi pasar terdepan untuk belanja barang mewah dengan perkiraan pertumbuhan sebesar 4% tahun ini. Sementara, belanja barang mewah di Eropa dan China masing-masing diprediksi tumbuh 2% dan 4%. Total penjualan otomotif sendiri diharapkan akan meningkat 10%, setara dengan penjualan 1,3 juta unit kendaraan pada tahun 2014.

Meski daya beli masyarakat Indonesia terbilang tinggi, banyak kalangan mengeluhkan tentang mahalnya harga mobil di Indonesia. Sebenarnya, wajar bila harga mobil di Indonesia mahal, mengingat permintaan akan mobil masih relatif tinggi. Sesuai dengan prinsip ekonomi, semakin besar permintaan akan suatu barang, maka akan semakin tinggi harga barang tersebut.

Bila menilik lebih kritis, harga mobil di Indonesia memang lebih mahal bila dibandingkan dengan negara lain, seperti AS dan Jepang. Misalnya, harga Mercedes E350 Coupe on the road di Indonesia dipatok dengan harga Rp1.530.000.000, sedangkan di AS ada pada kisaran harga Rp430.000.000.

Tidak dipungkiri, di antara sekian hal yang membuat harga mobil di Indonesia mahal, selain permintaan yang masih tinggi, pajak bea masuk mobil cukup mahal. Contohnya, Mazda 2, dijual dengan harga sekitar $8000 (dengan kurs 10.000 nilainya sebesar Rp80,000,000), tetapi setelah dikenai pajak bea masuk ini, harganya bisa mencapai dua kali lipat harga jualnya.

Biasanya, mobil yang masuk dan dijual ke Indonesia harus melalui berbagai tahapan yang akhirnya membuat harga mobil melonjak tinggi. Dalam prosesnya, mobil tersebut akan terkena biaya balik nama, pajak pertambahan nilai (PPN) 10%, PPN BM kategori minibus 10%, bea masuk 5% dari Thailand dan biaya lain-lain. Dengan proses ini, harga Mazda 2 dapat menjadi sangat mahal ketika masuk pasar Indonesia.

Pada kenyataannya, bisa saja harga mobil di Indonesia ditekan sedemikian rupa. Apalagi, sekarang ini sedang tren mobil dengan konsep Low Cost Green Car (LCGC) di Indonesia, suatu program yang diusung pemerintah untuk mendukung kepemilikan mobil bagi masyarakat Indonesia. Mobil tersebut akan dipatok dengan harga murah, tetapi tetap mendukung kualitas komponen, keamanan, dan kenyamanan dalam berkendara.

Bagi Indonesia, kehadiran mobil LCGC membuka paradigma baru akan sebuah keluarga. Perubahan struktur keluarga di Indonesia erat kaitanya dengan penggunaan kendaraan. Lima belas tahun lalu, keluarga Indonesia umumnya merupakan keluarga besar yang membutuhkan mobil yang besar pula. Namun, sekarang ini rata-rata keluarga Indonesia hanya terdiri dari suami, istri, dan dua anak. Kendaraan seperti LCGC tentunya dapat memuat seluruh anggota keluarga kecil ini.

Melihat potensi di atas, banyak produsen otomotif berlomba meluncurkan berbagai varian mobil berkonsep LCGC. PT. Astra International Tbk (Astra), Toyota Motor Corporation (Toyota), dan Daihatsu Motor Company (Daihatsu) kembali melakukan kolaborasi, yakni dengan menghadirkan Astra Toyota AGYA dan Astra Daihatsu AYLA.

Astra Toyota AGYA dan Astra Daihatsu AYLA akan diproduksi di pabrik baru PT. Astra Daihatsu Motor, di kawasan industri Suryacipta, Karawang Timur. Pabrik baru yang dimiliki Daihatsu ini menurut rencana akan selesai pembangunanya di bulan Oktober tahun ini, dengan kapasitas produksi mencapai 100 ribu unit per tahun apabila sudah berjalan penuh.

Komentar