Memahami Nilai Waktu Uang

nilai waktu uang

Uang hari ini lebih berharga dari uang esok hari.

Nilai waktu uang, atau time value of money, adalah konsep yang berdasarkan premis bahwa, dalam jumlah yang sama, nilai uang hari ini lebih berharga daripada nilai uang esok hari. Konsep ini ada karena kapabilitas uang untuk menghasilkan bunga. Makin dini dan makin lama Anda membiarkan uang “bekerja”, makin besar bunga yang Anda peroleh darinya. Aplikasinya bisa dengan keputusan keuangan paling sederhanya, misalnya menabung dalam rekening tabungan yang menawarkan bunga.

Ilustrasi berikut akan menjelaskan nilai waktu uang. Kalau Anda bisa menerima uang Rp 10.000.000 hari ini, atau menerima uang Rp 10.000.000 tahun depan, mana yang Anda pilih? Jawabannya mudah. Kebanyakan dari Anda pasti ingin menerima uang itu hari ini. Pilihan pertama lebih menggiurkan karena uang yang Anda pegang hari ini lebih bermanfaat–bisa langsung Anda belanjakan–ketimbang uang yang baru Anda terima setahun mendatang.

Kini mari kita bayangkan situasi di mana ada bunga 5 persen per tahun. Pilihannya adalah menerima uang Rp 10.000.000 hari ini, atau menerima uang Rp 10.200.000 tahun depan. Mana yang Anda pilih? Memang, pilihan kedua–dari segi nilai intrinsik uang–lebih memikat. Tapi, kalau Anda memilih menerima Rp 10.000.000 hari ini, kemudian menyimpan uang itu dalam rekening tabungan berbunga 5 persen per tahun, maka tahun depan Anda memperoleh Rp 10.500.000. Lebih besar bukan daripada pilihan kedua? Artinya, walau jumlahnya lebih kecil, kalau diterima hari ini, uang itu lebih berpotensi menguntungkan.

Nilai waktu uang digunakan terutama dalam hitungan investasi dan tabungan. Juga untuk menghitung besarnya cicilan kredit. Konsep ini akan membantu Anda memahami dampak bunga berbunga, yang penting untuk Anda pahami saat mengambil keputusan keuangan. Bunga berbunga, ketika diaplikasikan di tabungan dan investasi, bisa menghasilkan return (pengembalian) yang makin besar. Sebaliknya, ketika diaplikasikan ke kredit yang pelunasan cicilannya terus-menerus Anda tunda, bisa mengakibatkan tagihan utang membengkak.

Untuk memahami aplikasi nilai waktu uang berupa bunga berbunga, perhatikan dua ilustrasi berikut.

Ilustrasi 1: Nilai Waktu Uang dalam Investasi

Pak Joko ingin menginvestasikan Rp 50.000.000 dalam deposito berjangka yang menawarkan bunga 2 persen per tahun. Setelah lewat setahun, dia akan memperoleh uang pokok Rp 50.000.000 ditambah bunga Rp 1.000.000. Pak Joko kemudian memutuskan untuk menginvestasikan kembali uang Rp 51.000.000 itu dalam deposito yang menawarkan bunga 2 persen per tahun. Di akhir tahun, dia akan memperoleh pokok Rp 51.000.000 ditambah bunga Rp 1.020.000. Nah, bayangkan apa yang terjadi kalau proses investasi ulang itu berkelanjutan hingga belasan atau bahkan puluhan tahun. Uang Pak Joko akan bertumbuh menjadi jauh lebih banyak daripada pokok yang dia simpan pertama kali!

Esensinya, sebagai investor, Pak Joko maupun Anda ingin terus menerima bunga dari bunga. Makin lama Anda endapkan uang dalam tabungan dan instrumen investasi lainnya, makin besar bunga yang Anda peroleh.

Ilustrasi 2: Nilai Waktu Uang dalam Kredit

Bu Astrid memegang kartu kredit. Dia berbelanja dengan kartu kreditnya hingga Rp 20.000.000. Di akhir bulan, dia putuskan untuk membayar jumlah minimal yang tertera di lembar tagihan kartu kredit, yaitu Rp 1.000.000. Dia biarkan sisa utang sebesar Rp 19.000.000 tertagih pada bulan berikutnya. Ini dikenal sebagai “roll over”. Ketika terjadi roll over kartu kredit, bank akan mengenakan bunga. Dengan asumsi besarnya bunga adalah 2 persen per bulan, maka pada bulan berikutnya, saat Bu Astrid menerima tagihan kartu kredit, yang tertera di lembar tagihan itu bukan Rp 19.000.000, melainkan Rp 20.298.000. Bunga yang harus Bu Astrid bayarkan pada bank adalah Rp 398.000.

Lihat, utang Bu Astrid membengkak menjadi Rp 20.298.000, lebih besar dari nilai belanja yang sesungguhnya (Rp 20.000.000). Kalau dia sekali lagi memutuskan untuk membayar jumlah minimal, yaitu Rp 1.000.000, maka bunga 2 persen per bulan akan dikenakan sekali lagi. Dan pada bulan berikutnya, di lembar tagihan kartu kredit itu akan tertera Rp 20.601.960 (= 102 persen x Rp 20.298.000).

Bu Astrid mulai bingung. Utang kartu kredit membengkak makin besar, dan untuk melunasinya dia butuh upaya keras dan waktu cukup lama. Anda, seperti halnya Bu Astrid, tentu tidak mau terjebak dalam situasi seperti ini. Sebagai debitur alias penerima kredit, Anda bisa merugi akibat bunga berbunga.

Jadi, Mau Untung atau Buntung?

Nilai waktu uang melahirkan bunga berbunga, tapi tiap keputusan keuangan sepenuhnya ada di tangan Anda. Kalau Anda memanfaatkan konsep ini dalam investasi, bunga berbunga justru akan bekerja demi masa depan Anda yang lebih cerah. Sebaliknya, kalau terjebak dalam bunga berbunga kredit yang tak kunjung Anda lunasi, uang justru bisa jadi bumerang. Pahami nilai waktu uang, dan kelola uang Anda dengan bijaksana.

Komentar