Membeli Properti dan Untung Besar? Kenapa Tidak!

Membeli Properti dan Untung Besar? Kenapa Tidak!

membeli properti

Berkat yang tersamarkan. Ini adalah kata yang cocok menggambarkan kondisi bisnis properti saat ini.
Di saat perekonomian melemah karena dolar yang menguat terhadap rupiah, bunga bank meningkat serta daya beli menurun, berapa banyak orang yang melihat bisnis properti sebagai bagian yang bisa memberi keuntungan di tengah ekonomi turun ini, justru orang lebih tertarik menanam uang di sektor finansial, seperti deposito, yang menurutnya lebih menguntungkan.

Padahal, jika Anda memiliki sedikit uang untuk sekedar membayar uang muka, Anda bisa memeroleh keuntungan yang tinggi dengan membeli properti. Jangan menunggu untuk membeli properti, beli properti dan tunggu.

Dalam buku-buku babon properti, kondisi pasar properti Indonesia saat ini masuk dalam dull market. Di fase ini, terjadi penurunan permintaan, tetapi tidak disertai penurunan persediaan. Dengan demikian, harga secara otomatis akan turun.

Kondisi demikian akan berlangsung saat ekonomi mulai terasa sulit (menuju resesi), di mana pemerintah melakukan pengetatan moneter, sementara suku bunga terus dinaikkan guna menekan tingkat inflasi.

Di pasar primer (primary), melihat penjualan yang makin menurun, biasanya pengembang menurunkan harga jual. Selain itu, mereka juga memberikan banyak kemudahan, seperti cicilan bertahap dalam jangka waktu panjang, subsidi uang muka, diskon khusus, serta gimmick lain. Yang paling utama, pengembang pun harus tetap bisa berjualan demi mengisi arus kas. Dengan keuntungan seperti yang disebutkan sebelumnya, bukan tidak mungkin masyarakat berbondong-bondong membeli properti untuk investasi.

Dengan demikian, konsumen akan menikmati keuntungan, karena bisa membeli properti dengan harga lebih murah. Maka dari itu, fase ini sering disebut buyer’s market, di mana pembeli adalah raja.

Jadi, kapan waktu yang tepat untuk menjual properti tersebut? Saat yang baik untuk menjual properti adalah di fase active market. Ciri-ciri active market adalah ketika bunga bank turun dan tingkat inflasi rendah.

Di bagian ini terjadi peningkatan permintaan yang tidak disertai dengan peningkatan persediaan, dalam hal ini sudah pasti ketersediaan properti tersebut. Tentu kondisi tersebut membuat harga properti naik dengan tajam, seiring dengan naiknya jumlah transaksi di pasar.

Uniknya, walaupun harga properti naik, tetapi tingkat permintaan tetap tinggi. Kondisi ini sering disebut dengan booming properti, di mana uang akan mencari barang. Di saat seperti ini, pengembang adalah raja, sehingga fase ini disebut sebagai seller’s market.

Namun, jangan terlalu cepat untuk menjualnya. Jika harga properti tersebut masih memiliki kemungkinan untuk terus naik, Anda sebaiknya menahan proeprti tersebut dalam beberapa waktu dan menunggu siklus seller’s market berikutnya.

Selamat berburu!

Sumber : Rumah.com

Penulis : Anto Erawan

Foto : Anto Erawan

Komentar