Meningkatnya Permintaan Kebutuhan Bahan Pokok Tahun 2014

Meningkatnya Permintaan Kebutuhan Bahan Pokok Tahun 2014

kebutuhan bahan pokok

Pertumbuhan penduduk selalu menjadi faktor naik turunnya sebuah industri. Dengan pertumbuhan penduduk di tahun 2014, industri yang memproduksi kebutuhan sehari-hari pastinya akan mengalami peningkatan. Peningkatan ini tentunya didukung oleh permintaan, yang memaksa pelaku industri untuk menghasilkan produk lebih banyak dari sebelumnya.

Di tahun 2014, ada beberapa produk kebutuhan sehari-hari yang jelas akan meningkat permintaannya, di antaranya adalah minyak kelapa sawit, gas elpiji, beras, dan bahan kebutuhan pokok lainnya.

Kelapa Sawit

Dapat dikatakan meskipun produksi kelapa sawit di Indonesia cukup besar, hal ini belum mampu menutupi permintaan masyarakat akan minyak sawit (palm oil), karena permintaan dalam negeri yang cukup besar dan permintaan ekspor dari luar negeri. Produk minyak sawit memang penting di Indonesia, karena hampir seluruh orang Indonesia lebih terbiasa memasak dengan minyak sawit dibandingkan dengan jenis minyak lainnya.

Seperti yang disampaikan oleh Sekretaris Jendral Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Djoko Priyono, bahwa kenaikan produksi kelapa sawit akan mencapai dua juta ton lebih banyak dibandingkan dengan produksi di tahun 2013. Menurut beliau, produksi kelapa sawit pada 2013 adalah 26 juta ton, sedangkan di tahun 2014 diperkirakan akan mencapai 28 juta ton.

Kenaikan jumlah produksi tersebut tentu harus dibarengi dengan solusi lainnya. Saat ini jenis minyak alternatif seperti minyak jagung dan minyak kelapa memang sudah banyak dijual di pasaran, namun bagi orang Indonesia yang sudah terbiasa dengan minyak sawit, tentunya butuh waktu untuk membiasakan diri.

Gas Elpiji

Gas elpiji saat ini bukan hanya menjadi kebutuhan pokok orang-orang kelas menengah ke atas saja, hampir semua rumah di Indonesia memiliki kompor gas di dapurnya. Konversi dari penggunaan kompor minyak tanah ke kompor gas oleh pemerintah beberapa tahun lalu sangat mempengaruhi permintaaan akan gas elpiji.

Walaupun harga gas elpiji sudah diumumkan naik, namun hal ini tidak berpengaruh besar terhadap permintaan masyarakat. Meskipun permintaan gas elpiji untuk ukuran tabung 12 kg menurun, namun permintaan untuk tabung ukuran 3 kg mengalami peningkatan, contohnya di Stasiun Pengangkutan dan Pengisian Buluk Elpiji (SPPBE) Pacitan. Sejak 1 Januari 2014, SPPBE ini bisa mendistribusikan hingga 5000 tabung, padahal distribusi umum mereka sekitar 4000 tabung.

Meskipun pengenalan jenis kompor lain seperti kompor listrik dan kompor induksi telah dilakukan, kompor gas masih menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia. Hal ini dapat disebabkan oleh harga kompor induksi yang masih relatif mahal dan kenaikan harga listrik serta adanya pemadaman listrik secara bergilir yang tentunya membuat masyarakat berpikir ulang untuk memiliki barang elektronik tambahan.

Beras

Harga beras pasti mengalami kenaikan setiap tahunnya. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah permintaan dan perubahan harga bahan bakar minyak. Mengingat beras merupakan makanan pokok di Indonesia, kenaikan harga beras dan terbatasnya stok beras tidak pernah membuat masyarakat Indonesia berpindah dan mengkonsumsi makanan pokok alternatif.

Naiknya harga beras ini juga dikarenakan luas areal panen yang terbatas. Keterbatasan ini mendorong adanya kegiatan impor. Tentunya sebagian dari Anda masih ingat dengan berita impor beras yang dilakukan pemerintah beberapa tahun lalu? Permintaan beras dalam negeri yang terus meningkat ini tentunya memaksa pemerintah untuk mencari solusi lain. Saat ini, mengenalkan makanan pokok alternatif dan mendorong produksi beras lokal masih menjadi pilihan solusi bagi pemerintah dan masyarakat.

Sembako

Sembilan bahan pokok atau yang dikenal masyarakat dengan singkatan ‘sembako’, akan terus mengalami peningkatan permintaan. Selain minyak goreng (minyak sawit), beras, dan gas elpiji, produksi kebutuhan sehari-hari lainnya juga dipaksa untuk terus meningkat. Produk-produk ini contohnya adalah gula, garam, bahan pangan, dan kebutuhan rumah tangga non pangan seperti sabun cuci dan keperluan bayi.

Pertumbuhan populasi menyebabkan bertambahnya jumlah rumah tangga di Indonesia. Keperluan akan produk kebutuhan sehari-hari tentunya akan meningkat, tidak hanya dari segi jumlah, melainkan juga dari segi kualitas. Selama ini, produksi garam tidak menemukan hambatan yang signifikan sebagaimana gula dan beras, hal ini dikarenakan kondisi geografis Indonesia yang dikelilingi laut. Sedangkan untuk gula, pemerintah sudah memperkenalkan bahan pengganti alternatif gula tebu, namun masyarakat memang butuh waktu untuk menggunakan gula dari bahan lain.

Tentunya pihak petani, distributor, dan masyarakat luas tidak menginginkan negara untuk mengimpor bahan pokok sehari-hari, seperti kasus impor gula dan beras yang terjadi beberapa waktu lalu. Oleh karena itu, peningkatan teknologi pertanian dan kesejahteraan masyarakat di area pertanian menjadi sangat penting untuk mengurangi impor dan memenuhi permintaan dalam negeri yang terus meningkat.

Naiknya kebutuhan di atas baiknya diimbangi dengan penghematan di beberapa segi. Baca artikel kami 10 Cara Sederhana Menghemat Uang.

Komentar