Perkiraan Perubahan Finansial dan Ekonomi Indonesia Di Tahun 2015
Memasuki akhir tahun 2014, penduduk Indonesia dipenuhi tanda tanya mengenai keadaan ekonomi dan keuangan Indonesia di tahun depan. Apalagi pada November 2014 lalu pemerintah menyatakan menaikkan harga bahan bakar subsidi Rp2.000 sehingga harga bahan bakar bensin premium menjadi Rp8.500 dan solar menjadi Rp7.500. Selain itu, pada September 2014 pemerintah juga menaikkan tarif tenaga listrik. Lalu, seperti apakah perubahan finansial dan ekonomi Indonesia di tahun 2015? Berikut ini adalah prediksinya yang diolah dari berbagai sumber.
Melemahnya Nilai Tukar Rupiah
Selain naiknya harga bahan bakar bersubsidi dan tarif dasar listrik, pada akhir tahun 2014 ini nilai tukar rupiah terhadap dolar melemah sehingga pernah menyentuh angka Rp12.800 per 1 dolar. Akan tetapi, melemahnya nilai tukar ini bukan akibat dari keadaan ekonomi Indonesia yang memburuk, melainkan karena menguatnya dolar akibat perekonomian Amerika Serikat membaik, dan nilai dolar pun menguat. Hal itu berdampak pada menurunnya nilai mata uang lain, termasuk rupiah. Berita baiknya adalah persentase penurunan nilai tukar rupiah masih lebih baik daripada mata uang lain di Asia.
Selain itu, sisi baik dari melemahnya nilai rupiah adalah berkurangnya tingkat impor ke Indonesia. Bahkan, Presiden Joko Widodo juga telah menyatakan bahwa tahun 2015 merupakan saat yang tepat untuk meningkatkan jumlah ekspor Indonesia.
Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
Perubahan finansial dan ekonomi Indonesia di tahun 2015 juga diperkirakan akan meningkat karena pada tahun depan region Asia Tenggara mulai memberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Artinya, tidak ada lagi batas-batas di antara seluruh negara di Asia Tenggara, dan setiap penduduk di Indonesia dapat dengan mudah bekerja di luar negeri.
Sisi baiknya adalah akan banyak perusahaan-perusahaan asing yang akan membuka kantornya di Indonesia mengingat Indonesia adalah pasar yang sangat “gemuk” dan berpotensi tinggi dengan jumlah penduduknya yang mencapai 250 juta jiwa. Dengan banyaknya perusahaan yang membuka kantor di Indonesia, tentunya akan membuka banyak lapangan pekerjaan bagi penduduk Indonesia. Akan tetapi, sisi buruknya adalah banyak sumber daya manusia yang belum siap menghadapi era perdagangan bebas tersebut. Jika tidak bersiap, tentu penduduk Indonesia tidak dapat ambil bagian.
Dampak Kenaikan BBM
Perubahan finansial dan ekonomi Indonesia di tahun 2015 juga ditentukan oleh kenaikan BBM pada akhir 2014. Walaupun kenaikan BBM pada akhir 2014 memukul perekonomian rakyat, tapi para analis perekonomian menganggap bahwa dampaknya hanya sementara. Dampak pada stabilitas makro diperkirakan mulai surut pada triwulan kedua 2015 sehingga pemerintah masih memiliki dua triwulan lagi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Penyaluran kredit bisa didorong pada level 17% hingga 20% sehingga investasi juga terdorong dan pertumbuhan ekonomi bisa menjadi 5,5% hingga 5,8%. Pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun menganggap bahwa kenaikan harga BBM akan berdampak positif terhadap fiskal ke depannya, sedangkan dampak negatifnya hanya berlangsung sesaat.
Kenaikan harga bahan bakar subsidi yang Rp2.000 itu juga menghemat anggaran pemerintah sekitar Rp96 triliun. Hasil penghematan tersebut akan digunakan untuk menstimulus fiskal dan akan efektif pada semester kedua 2015. Akan tetapi, dampak negatif dari kenaikan BBM itu adalah tingkat inflasi akan naik sebesar 2,5%.
Optimisme Pemerintahan Baru
Perubahan finansial dan ekonomi Indonesia di tahun 2015 juga diperkirakan mulai membaik, salah satunya karena optimisme pelaku bisnis terhadap pemerintahan baru dan beberapa kebijakan yang diharapkan bisa memberikan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Terutama, karena adanya peningkatan APBN hingga Rp2.039 triliun.
Optimisme juga datang dari kebijakan pemerintahan baru yang berkonsentrasi untuk pengembangan energi, maritim, perikanan, dan infrastruktur. Keempat hal tersebut sudah dimulai sehingga menjadi potensi menambah industri padat karya yang membuka lapangan kerja, investasi, dan pasar yang cukup.
Potensi lainnya adalah pertumbuhan daya beli masyarakat kelas menengah yang cukup tinggi. Masyarakat kelas menengah inilah yang akan menggerakkan roda perekonomian dengan berperan sebagai konsumen yang konsumtif.
Komentar