Potensi Finansial yang Meningkat dan Menurun di Tahun 2015
Melemahnya rupiah terhadap dollar Amerika, berdampak pada daya beli dan kemampuan memproduksi barang atau jasa. Sehingga tidak sedikit yang memproduksi dengan menurunkan kualitas tetapi ada beberapa keuntungan karena melemahnya rupiah, tidak bisa dimungkiri juga terdapat industri yang memiliki potensi untuk meningkat.
Kita lihat berikut sektor yang meningkat dan yang menurun terhadap finansial di tahun 2015.
Apa yang Meningkat?
1. Ekspor
Kebijakan pemerintah dalam meningkatkan hubungan dagang antar negara melalui ekspor yang sudah banyak menyerap usaha kecil menengah di Indonesia harus diimbangi dengan pelaku yang berperan di dalamnya. Produk Indonesia yang banyak diminati oleh para importer berupa makanan dan minuman, produk pertanian, kopi, produk tekstil, pertambangan, bumbu masak, alas kaki dan perikanan disadur dari Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag. Hal ini berarti importir memercayai kualitas barang Indonesia. Selain menjaga kualitas yang baik, inovasi dalam produksi juga diperlukan. Pentingnya inovasi dalam berbagai hal menjadi kunci utama untuk tetap eksis di pasar. Inovasi dalam mengemas output dengan desain dan tampilan yang menarik dapat menjadi nilai plus dari produk yang akan diekspor.
2. E-commerce
Di tahun ini, indikator e-commerce Indonesia menunjukkan sinyalemen yang semakin cerah. Founder Rebright Partners Takeshi Ebihara dalam salah satu panel diskusinya mengatakan bahwa e-commerce merupakan gerbang awal pertumbuhan ekosistem. Bila e-commerce matang, maka bisnis Internet lainnya akan ikut terangkat, termasuk sektor travel, kesehatan dan lainnya. Pertumbuhan e-commerce yang matang akan diikuti dengan perkembangan enabler bisnis lainnya, seperti online payment, fulfillment dan logistic. Kemajuan segmen tersebut akhirnya akan mendorong industri internet lainnya untuk ikut berkembang.
3. Pariwisata
Untuk jumlah perjalanan wisatawan Nusantara pada 2014 sebanyak 251 juta perjalanan. ‘Bagi kepala daerah yang belum menjadikan pariwisata sebagai industri agar segera beralih.’ kata Menteri Pariwisata Arief Yahya. Pencapaian pariwisata di bidang ekonomi pada 2014 di antaranya kontribusi pariwisata terhadap perekonomian (PDB) nasional sebesar 4.01%. Devisa yang dihasilkan oleh pariwisata sebanyak 10.3 juta orang dan daya saing pariwisata Indonesia pada 2013 berada di peringkat 70 dunia menurut World Economic Forum. Arief mengatakan kekuatan pariwisata Indonesia terletak pada tiga unsur yakni nature, culture dan manmade. Wisatawan inbound (dari luar ke dalam negeri) inilah yang menjadi salah satu sumber devisa negara.
4. Retail
Bisnis ini sudah dilirik para pengusaha karena menjanjikan keuntungan serta terbukanya lapangan pekerjaan baru. Data yang dilansir oleh Media Data-APRINDO dari tahun 2004 hingga tahun 2008, mini market mengalami pertumbuhan dengan rata-rata turnover tertinggi sebesar 38% per tahunnya, disusul kemudian oleh hypermarket sebesar 21.5% dan supermarket yang hanya mengalami pertumbuhan sebesar 6% per tahun. Sejalan dengan tingginya pertumbuhan, khususnya pada mini market, ditandai dengan semakin ketatnya persaingan dalam ekspansi pasar dari dua pelaku bisnis besar di dalamnya yaitu Indomart dan Alfamart.
Apa saja yang menurun?
1. Properti
Mengutip dari Manager Marketing Sinbad Green Residence, Rifki Amir Balfas, kenaikan harga BBM mendorong harga biaya material juga naik, selain itu ongkos pekerja pun ikut naik, belanja pegawai mau tak mau naik juga karena harga kebutuhan sehari-hari ikut berubah. Semua komponen itu yang mendongkrak harga rumah terus melambung. Properti juga lagi memasuki masa jenuh, harga naik tetapi demand turun. Hal tersebut yang membuat properti saat ini tidak terlalu berkembang pesat perkembangannya di banding sektor industri lain.
2. Otomotif
Dengan melemahnya rupiah serta kenaikan harga BBM serta terkait adanya isu penghapusan premium yang serta merta digantikan oleh pertalite yang tentunya dengan harga yang lebih tinggi. Membuat perusahaan otomotif lesu baik untuk kendaraan roda dua maupun empat. Hal tersebut juga dikarenakan, Indonesia sekarang tidak ada BBM subsidi, melainkan mengikuti harga minyak mentah dunia.
3. Barang mewah
Berkaitan dengan dollar naik, sebaiknya pembelian barang mewah pun dihindarkan karena penyusutan nilai yang cepat; seperti, barang elektronik/gadget, hobi untuk produk fashion yang harganya bisa selangit. Kenaikan harga barang-barang tersebut cukup signifikan, bisa mencapai 10%-15%. Misalnya, kamera digital mengalami kenaikan harga jual sekitar Rp 200.000-Rp 300.000, khususnya untuk produk keluaran enam bulan terakhir.
4. Tur Perjalanan
Saat dollar naik, harga tur perjalanan ikut meningkat. Para agen perjalanan wisata akan melakukan penyesuaian tarif paket tur perjalanan wisata ke luar negeri. Pelemahan rupiah ini akan merugikan wisatawan outbond (dari dalam ke luar negeri). Pasalnya, tarif paket tur perjalanan menyesuaikan tarif dollar AS. Data yang berhasil dihimpun AturDuit, terdapat kenaikan sekitar 5%-6% pada harga tur perjalanan.
Komentar