Strategi Menghadapi Masa Pensiun Dengan Nyaman

Strategi Menghadapi Masa Pensiun Dengan Nyaman

Anda karyawan BUMN? Anda Pegawai Negeri Sipil? Atau justru masih fresh graduate? Sudahkah Anda memikirkan masa pensiun nanti? Apakah masa pensiun sudah terngiang di dalam pikiran Anda? Semua pertanyaan tersebut, seakan tidak pernah habis untuk dijawab, Anda sekolah, kuliah, kemudian bekerja. Mungkin sebagian besar masyarakat di negara tercinta Indonesia, selalu melakukan siklus yang sama dalam hidupnya. Dari pekerjaan itu, nantinya Anda akan mulai mengumpulkan tabungan masa pensiun Anda.

Apakah tabungan itu akan cukup menghidupi Anda dan keluarga setelah Anda benar-benar pensiun dari pekerjaan Anda? Rata-rata umur para pekerja yang pensiun, ada di usia 55 tahun atau jika masih merasa mampu, akan bekerja sampai umur 60 tahunan. Lalu, memasuki masa pensiun Anda, dengan mengandalkan seluruh tabungan yang Anda kumpulkan selama bekerja, atau bahkan tatkala Anda masih mendapatkan gaji seorang pensiun, apakah hidup Anda dan keluarga sudah mencapai ketenangan, yang bisa dikatakan financial freedom (kebebasan finansial).

Mari kita buat ilustrasi, jika Anda menabung satu juta setiap bulannya, dan usia Anda sekarang 25 tahun, kemungkinannya, 30 tahun lagi Anda akan memasuki usia pensiun. Jumlah yang mungkin bisa dikatakan lumayan dengan tabungan itu, Anda bisa memiliki uang sejumlah Rp 360 juta ketika Anda pensiun. Namun, itu Anda dapatkan saat Anda pensiun dalam waktu 30 tahun kemudian, di mana setiap tahunnya inflasi terjadi, dan kebutuhan bulanan pun tidak akan sama setiap bulan per tahunnya. Terlebih jika Anda memiliki dua orang anak yang masih di usia sekolah, mungkin biaya untuk sekolah bahkan kuliah di masa depan akan menjadi sangat mahal dibandingkan dengan tahun di mana Anda mulai bekerja.

Sudah siapkah Anda dengan itu semua? Ingat, contoh di atas hanya beberapa kejadian dari yang akan Anda temui nantinya. Jangan takut, hadapi semua itu dengan kepala tegak, tidak ada yang tidak bisa Anda dapatkan jika memang Anda yakin dan mampu akan diri Anda.

Untuk itu, Anda harus mulai memperhitungkan masa tua Anda agar tidak menyesa dengan perbuatan Anda di masa muda, dengan melakukan beberapa hal berikut ini.

1. Persiapkan Aset Mendasar

masa pensiun

Selagi Anda masih dalam usia produktif, tidak ada salahnya untuk mempersiapkan hal-hal dasar yang akan bermanfaat sampai usia tua menjemput Anda. Rumah atau tempat tinggal lainnya, kendaraan, baik roda empat atau roda dua, perabotan dan lain sebagainya adalah aset yang seharusnya dimiliki selagi muda. Usahakan memiliki rumah di lokasi yang bagus dan mempunyai masa depan yang cerah, terutama untuk wilayahnya yang memiliki perkembangan yang pesat. Sehingga tidak mungkin, rumah tersebut bisa menjadi ladang investasi yang baik di ke depannya. Keuntungannya, Anda tidak akan mengontrak atau pun sekedar kost saat usia pensiun Anda nanti dengan memiliki rumah sekarang.

Jika mempunyai uang lebih, segera ambil kredit rumah landed, bukan rumah susun atau pun apartemen. Beli rumah yang kecil kemungkinan akan digusur dengan sertifikat hak milik dengan ukuran dan desain yang baik.

Miliki juga kendaraan motor/mobil yang bisa awet dipakai sampai tua nanti dengan biaya perawatan yang kecil, supaya Anda tidak terlalu sering mengganti kendaraan Anda, karena akan membuang-buang uang Anda.
Jangan terlalu mengikuti keinginan Anda yang tidak akan pernah habis. Belilah sesuatu yang sederhana yang bisa dipakai dalam kurun waktu yang lama.

2. Mulai investasi sejak dini

masa pensiun

Inilah salah satu solusi jika Anda meinginkan masa pensiun sejahtera. Investasi sedini mungkin. Ingatlah, waktu adalah uang. Tidak ada yang bisa mengembalikan waktu ke masa lalu. Selagi muda dan berada dalam usia produktif, simpan uang untuk persiapan masa tua. Sekadar gambaran, jika Anda memulai investasi dari umur 30/40 tahun, perbedaan uang investasi per bulannya bisa menjadi tiga kali lipat. Jika ingin pensiun di usia 55 tahun dengan kekayaan Rp 1 miliar, maka invetasi yang dimulai dari usia 30 tahun adalah sekitar Rp 755.000. sedang jika dimulai dari 40 tahun nilai investasi per bulannya sebesar Rp 2.450.000. Itu dengan asumsi imbal hasil per tahunnya 10%.

3. Perhitungkan nilai uang di masa mendatang

masa pensiun

Jika Anda memilih asuransi pensiun sebagai salah satu persiapan pensiun, perhitungkan nilai pertanggungannya agar benefit yang didapat bisa mencukupi kebutuhan dasar Anda ketika masa pensiun Anda tiba. Misal, dengan merujuk pada data Bank Indonesia di mana rata-rata inflasi tahun 2013 dan 2014 sekitar 8% dan Anda memperkirakan pensiun 10 tahun lagi, maka pada saat itu inflasinya berada di kisaran 80%. Sehingga, jika saat ini kebutuhan dasar Anda sebulan menghabiskan Rp 2 jutaan, diperkirakan sepuluh tahun mendatang kebutuhan per bulan Anda menjadi Rp 3.6 jutaan. Hal ini seperti yang disinggung di awal penulisan artikel ini di atas. Contoh, AturDuit berusia 32 tahun dan dia sudah memprediksikan dirinya akan pensiun di usia 55 tahun, maka kebutuhan dana pensiunnya adalah Rp 7.39 miliar. Dengan kondisi biaya hidupnya saat berusia 32 tahun adalah Rp 5 juta per bulan dengan tingkat inflasi 10%.

4. Pilih produk investasi yang menurut Anda bisa mengalahkan inflasi

masa pensiun

Menurut salah satu pakar perencana keuangan, hal yang perlu diwaspadai terkait dengan berkembang atau tidaknya investasi adalah inflasi. Karena itu, untuk investasi jangka panjang, seperti misalnya dana untuk pensiun, harus dicari produk investasi yang memberikan rata-rata hasil investasi melebihi rata-rata inflasi paling tidak 10 tahun terakhir.

Untuk mengakomodir investasi tersebut, kami perkenalkan BTPN Sinaya Deposito Berjangka. Dengan keuntungan yang didapat, adalah sebagai berikut:

a) Penempatan minimal Rp 10 juta
b) Tersedia dalam tenor 1-12 bulan, 18 dan 24 bulan
c) Biaya pencairan sebelum jatuh tempo : 0.25% dari pokok deposito & bunga berjalan tidak dibayarkan

Untuk itulah Anda sudah sepatutnya untuk mulai mempersiapkan masa pensiun Anda. Agar lebih meyakinkan, Anda bisa mengulas lebih dalam mengenai Menyiapkan Dana Pensiun Dengan Deposito.

Komentar